Minggu, 23 September 2012

14/01/12

Biar angin mengusap peluh karena tangismu
Ia lebih setia dibanding temanmu yang mementingkan dirinya sendiri

Biar angin memeluk lembut dirimu
Karenanya aku belajar mendamaikan hati dan pikiran

:catatan asa yang tergores luka, asa yang terbelenggu waktu. Kau takkan mengerti hingga saatnya tiba dan membayangi dirimu.

05/12/11 ....

Saat tiba mentari terbit

Kulihat seksama ia menjunjung tinggi di langit

Semilir udara pagi menggelitik

Cerah dewa dengan keagungan sinarnya menarik lenganku melewatinya dengan baik




Hentak kaki membuatku pergi seakan terpanggil


Seperti bermimpi aku ingin terbang dan tak tersandung kerikil

Aku ingin melompat menyentuh sekawanan awan disana

Meski saat turun akan kembali lagi ke lubang yang sama

Mencicipi angan tak ada salahnya bukan?

Jangan biarkan diri berlarut dengan berkorban




Begitu sang dewa akan beristirahat


Senja menyambut menoreh hangat

Perlahan hingga guratan senja tak bersisa

Hitam, kelam..

Namun datang sang dewi malam

Teranglah dunia maka jangan takut gelap

Cahaya 'kan hilir menerangimu meski keadaannya tak sama

Sabtu, 26 Mei 2012

11/28/11

Inilah kabut sepanjang jalanmu.

Pendaran cahaya pun sulit menembus.

Adakah kau pilih persimpangan jalan yg nyaris tak terlihat disana?

Sadar untuk melihatnya pun sulit.

Satu langkah kaki saja bila tidak hati-hati kau akan terjatuh.

Takkan ada yang memperingatimu,

Siapa yang akan melihatmu?

Kau saja sulit melihat mereka dalam kabut itu.


Lihatlah, jangan biarkan kabut tak berbeban itu menahanmu

Lihat, jangan tertunduk

Lihat! Apakah kau akan terus berjalan?

Apakah berlari?

Kejar! Mengapa tidak?


Bila tiap jalanmu adalah beban,

Tersenyumlah, beban itu takkan terasa..

Karena tiap hentak kakimu adalah keputusan.

Namun percayalah, keputusan itu adalah benar.

Ayunan tanganmu sebuah keceriaan

Ayunlah.. Biarkan angin menghempasmu lelap.

Hingga terbangun..


Kau takkan sendiri,

Lihat disampingmu..

Adalah aku disana..

Aku Penat (04/06/12)

Aku lelah dengan penat
Tak ingin kulihat lagi kau pekat
Ingin kubuka semua sekat-sekat
Ingin kulihat segalanya lekat-lekat

Mimpi yang kugarap

Ini bukanlah sembarang harap
Aku berlari
Aku terhenti
Aku mengejar
Aku terkapar

Berjalan saja?

Berdiri saja aku sudah tak mampu
Aku goyah
Aku lemah
Lihat mataku?
Kau lihat keduanya?
Adakah debu disana?
Tidak ada

Kau takkan melihatnya

Kau takkan merasakannya
Tenang saja, kau bukan aku

Kemana kau mimpi?

Penat ini mengusik menyuruhmu pergi
Kemana kau harapan?
Air mata ini tak pernah bisa berhenti berangan

4/6/12