rerumputan berbisik disapu angin. desah suaranya memberi terapi pada diriku di titik sebelum jenuh. kunikmati angin yang membasuh wajah, jiwaku yang lelah pun bersandar. hatiku seperti teriris. bahkan kopi hitam yang kuminum dua hari berturut-turut ini tidak menurunkan kadar sebelum jenuhku.
kutarik pelan gas motor yang selalu mengantarkan pada angin. deru mesin menarik separuh semangatku untuk bergegas. menyapa matahri yang mulai meleburkan sinarnya dengan langit biru dan awan-awan tipis. aku berharap ada yang mengantarkan pulang. pulang kepada mimpi-mimpi indah, cita-cita masa depan yang masih sulit diwujudkan. harapan yang berangsur memudar kemudian berganti dengan yang kupikir lebih baik.
memang belum ada yang pasti tergenggam. tanganku pun masih terkepal. berayun-ayun sendiri bersama langkah kaki. sendiri.. dengan ego di hati lantas tak membiarkannya terbuka begitu saja. memberi celah kepada mungkin ksatria berkuda putih bertopeng baja. tapi kurasa hatiku yang seperti baja.
mungkin aku butuh coklat. sekarang dihadapanku, es coklat berpadu oreo. meremah sedikit batu keras dikepalaku. kusandarkan punggung ini. punggung ini masih tak pantas untuk lelah. punggung ini masih bisa untuk berdiri tegak. menengadah kepalaku memberi senyum pada langitu yang sudah gulita. punggung ini sadar, ia sendirian.
kini aku dan hujan sekelebat diluar kamar. suguhan pengantar tidur yang menenangkan. namun asaku.. terbalut gelisah, dan takut.
"mengapa?"
aku hanya bisa mengerjapkan mata. berharap jawabannya ada disana. aku harap benar-benar ada. disudut mataku yang buram. mungkin kamu.. bisa berikan aku obat tetes mata.
Solo, 29/10/13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar